SEJARAH SITUS DESA
769
0
SEJARAH SINGKAT DESA LENTUK
(Sekarang Dusun Karangsari)
Dan cerita sejarah Makam Keramat yang ada di Desa Tegalsari
Serta Wilayah Sekitar Desa Tegalsari
Diperkirakan sekitar abad 15 Masehi
berbatasan dengan Kampung Tegalcawet (sekarang Desa tegalsari) terdapat sebuah Desa dengan nama Desa Lentuk yang dipimpin oleh Bapak Kuwu Lingga sekitar Tahun 1860.
Asal mula kata Lentuk adalah dari kata pangantukan (Sunda) yang mana karena pada jaman dahulu adalah sebagai tempat menetap dan istirahat oleh para pejuang yang menyebarkan agama islam pada waktu itu karena wilayah tempatnya yang sejuk dan sepi sehingga para pejuang menjadi betah dan nyaman berdiam di lentuk. maka disebutlah daerah pangantukan yang kemudian disebut desa lentuk.
Di daerah sebelah selatan barat daya Dusun karangsari (Dulu Desa Lentuk)
terdapat makam keramat sesepuh terdahulu atau dalam sebutan lain karuhun desa lentuk yang diberi nama makan/ kabuyutan
sangadipati yang tepatnya dekat dengan sungai cilongkrang dalam artia cilongkang bisa sebut lolongkrang atau gawir bahasa indonesia nya
adalah jurang karena sepanjang sungai tersebut adalah jurang tinggi sehingga disebut cilongkrang yang dahulunya adalah sumber air warga untuk mencuci mandi dan sumber air untuk pertanian sampai sekarang masih dipakai untuk air pertanian.
disebelah utara cilongkrang berbatasan dengan daerah/wilayah dalem sukahurang yang sekarang lebih di kenal dengan blok selasa, desa maja selatan atau di sebelah utara jalan karangsari-cimara
menurut cerita turun temurun dari para pendahulu dan juga para sesepuh yang sekarang masih ada sebagai saksi hidup yang berada di dusun karangsari bahwa di makam sangadipati tersebut adalah makam dari seorang tokoh pemuka agama dari daerah Cirebon yang masih keturunan/ keluarga dengan walingsongo/waliyullah yang dahulu ditugaskn untuk menyebarkan agama islam di wilayah kabupaten maja dahulu yang sekarang menjadi kecamatan maja.
pada jaman dahulu juga para pejuang bersenjatakan tumbak dan pedang dalam rangka penyebaarn agama islam dan sebagai alat perlawanan terhadap musuh atau para penjajah yang akan merebut wilayah desa lentuk, di dalam wilayah areal pemakaman/kabuyutan sangadipati tersebut terdapat makam besar dan juga makam kecil yaitu pemakaman dari paara pendahulu lainnya yaitu makam yang besar di tengah-tengah areal adalah makam Mbah Gede/Eyang sudirman yang lebih dikenal dengan nama Sangadipati, disebelahnya ada makam bapak agus uncang, disebelah barat utaranya lagi ada makam nyai ronggeng kemudian kesebelah selatan barat ada makam eyang wali fatah, disebelah timurnya eyang gampil, ke sebelah timurnya lagi ada makam mbah sudarja, di depan pintu masuk ada makam mbah jama, dan di seblah timur makam besar ada makam wali samsinah.
Para pendahulu tersebut mempunyai keahlian atau kesaktian diantaranya :
Mbah Gede Eyang Sudirman adalah sebagai Pemimpin besar atau Tokoh Pendiri pertama Desa Lentuk. Nyai Ronggeng adalah sebagai Tokoh seni ronggeng dalam bahasa sundanya yang berarti punya keahlian dalam menari dan sinden atau meyanyi.
Bapak Wali Fatah adalah tokoh agama yang menyebarkan atau syiar tentang agama islam dalam sebutan seorang kiai dan guru ngaji
Eyang sudarja mempunyai keahlian dalam kesenian menggunakan kendang sunda.
Eyang gampil mempunyai kelebihan atau keahlian dalam segala suatu untuk dimudakan melalui doa yang beliau panjatkan kepada Allah swt.
Mbah Jama adalah sebagai tokoh panglima atau penjaga dalam artian sebagai punggaawa dalam menjaga keamanan desa lentuk dan menjaga warga yang berdiam di wilayah desa lentuk.
Bapak Agus uncang adalah anggota keluarga dari paara pendahhulu yang ada di makam sangadipati tersebut.
Wali samsinah juga mempunyai keahlian dibidang seni.
selain makam sangadipati ada juga makam jaga sara yang terletak di sebelah selatan dekat sunga cideres, disebut cideres karena aliran air di sungai tersebut sangat sering banjir maka disebut cideres.
didalm pemakaman tersebut ada makam para pendahulu juga dan para tokoh yang pernah berdiam di desa lentuk.
di depan pintu masuk makam sebelah utara ada makam mbah jamrong beliau seorang ahli silat berani dan juga sebagi penjaga wilayah selatan desa lentuk.
disebelah timurnya ada makam mbah buyut dangku, yang mempunyai keahlian yang sama dengan mbah jamrong.
disebelah tenggah-tengah makam ada makam dahulunya dekat pohon angsana yyang sekarang sebelah barat pohon beringin yaitu makam eyang jaga sakti
beliau sebagai seorang yang memiliki kesaktian mempunyai ajian menghilang atau halimunan dan keahlian lain di bidang silat atau beladiri atau sebutan lain beliau seorang pendekar sakti. disebelah timurnya ada makam eyang jaga sara dekat pohon beringin, beliau adalah sorang penjaga wilayah keseluruuhan desa lentuk. adalagi didekatnya makam mbah buyut banjir beliau adalah seorang tokoh yang mempunyai kelebihan bisa mendatangkan banjir. adalagi disebelah utara pohon beringin besar makam syek abdul kodir , beliau adalah seorang tokoh agama atau kiai,
di sebelah timur selatan ada lagi makam mbah buyut jaga raksa yang berada tepatnya di daerah tegal cawet yang sekarang desa tegalsari beliau seorang penjaga wilayah tegal cawet.
Dalam penyebaran agama islam para pendahulu tidak hanya di daerah Desa Lentuk dan Tegalcawet tapi juga ke wilayah lainnya, diantaranya ke sebelah barat ada perkampungan yang dahulu Bernama cimara karena dulunya adalah tempat para warga membuat tambang yang di rara dalam Bahasa Indonesia di anyam, maka disebutlah kampung cimara,
Selanjutnya daerah Anggrawati, kenapa disebut anggrawati, karena di daerah tersebut warga nya menganti-nganti kepada warga cimara dalam bahasa indonesianya memberikan peringatan,
Kemudian ke daerah Malongpong, kenapa di sebut malongpong karena di daerah tersebut tidak ada pepohonan hanya ada jalan lurus atau kosong melongpong,
Kemudian ke daerah cipicung, yang disana di sepanjang jalannya banyak pohon picung sehingga disebut cipicung, yang di sebalah barat nya juga ada daerah gumulung yang artinya berkumpul atau ngariung, gumulung dalam Bahasa sunda,
Kemudian berangkat lagi ke daerah sebelah barat dan terus ke utara yang disebut daerah cieurih karena banyak tanaman eurih/ialalang dalam Bahasa Indonesia,
Dan berdekatan dengan cieurih ada daerah/tempat Bernama panyindangan karena dalam cerita sejarah dahulu nya warga disana biasa maridang/ngabungbang pada wktu bulan purnam ke 14 dan 15 atau dalam Bahasa ondonesianya begadang, maka disebutlah panyindangan,
Dalam melakukan perjalanan penyebaran agama islam Menyusun strategi atau membahas Langkah selanjutnya, dan ini dilaksanakan di daerah pasanggrahan karena di sana sebagi tempat berkumpul atau rapat/sosia;isasi dalam bahsa sunda masanggrahan maka di sebut pesanggrahan,
Dalam pergerakan perjuangan penyebaran agama islam ke daerah sebelah timur terus ke selatan yaiti ke daerah tegalcawet, di beri nama tegalcawet karena ketiga berkunjung ke daerah tersebut warga di sana tengan dangdan cawet atau celana dalam, dan di tertawakan oleh warga yang di sebelah timur selatan yang sekarang warga daerah tersebut di beri nama sukaseuri atau tepatnya sukasari.
Kemudian berangkat ke sebelah selatan dan berdiam di sana beristirahat atau dalam Bahasa sunda caricing dan disebutlah daerah tersebut dengan nama calingcing, dan Ketika diam di daerah tersebut di daerah sebelah selatan timur ada banjir yang membentuk telaga dalam Bahasa sunda disebut sagara, sehingga sampai sekarang disebut daerah sagara, di sebelah barat calingcing ada suara bergemuruh karena ada peperangan, dalam Bahasa sunda ngabeledug, Sehingga di beri nama daerah beledug yang sekarang diganti cintapada,
Bersambung . . . . . . . .